Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Publik (LP3) Talenta

Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Publik (LP3) Talenta
Akta Notaris Setya Budhi, SH Nomor 45 Tanggal 17 April 2008 Head Office: Jl. Raya Tanjungtani 69 Prambon Nganjuk Phone. (0358) 791420 Mobile : 081259347185 - 085645724031 e-mail: idamm@yahoo.com website: www.lp3talenta.blogspot.com

08 Juni 2010

Penggunaan Suara dalam Pengaktifan Otak Tengah

Penggunaan Suara dalam Pengaktifan Otak Tengah
Posted on Filed under: Aktivasi Otak Tengah — Hartono @ 5:40 am
Saat ini pengaktifan otak tengah mempergunakan 3 cara dengan kombinasi yang telah dirancang khusus untuk anak 5-12 tahun. 3 Cara tersebut adalah gerakan tubuh, penglihatan dan pendengaran. Berdasarkan penelitian yang terbaru ternyata setiap jenis gelombang mempengaruhi bagian otak yang berbeda. Setiap jenis gelombang suara akan menghasilkan efek yang berbeda. Ingatkah kita akan percobaan dengan tanaman jika di berikan suara musik klasik sementara tanaman yang sama di ekspose dengan musik rock? Tanaman yang diberikan musik klasik ternyata dapat bertumbuh dengan lebih baik. Demikian juga otak ank-anak.
Penggunaan suara yang berbeda akan menghasilkan efek yang berbeda pada setiap orang.Penelitian mengenai efek gelombang suara dan otak dilakukan secara serius di Malaysia. Tentu saja gelombang yang dibutuhkan untuk mengaktifkan otak dari orang dewasa berbeda dengan gelombang yang dibutuhkan untuk mengaktifkan otak anak. Contohnya dapat kita lihat pada lagu. Lagu anak-anak merupakan kombinasi sederhana dari not, dan memungkinkan anak untuk berteriak. Anak-anak dapat mentoleransi suara teriakan lebih baik dari pada orang dewasa. Lagu anak-anak yang mendesah-desah tidak akan menarik perhatian anak. Sementara lagu dengan banyak teriakan akan mengganggu orang tua.
Penelitian yang dilakukan oleh GMC International menyatakan bahwa bahaya sekali meng-expose anak dengan suara yang tidak diketahui efeknya.Semua gelombang suara yang dipergunakan oleh GMC (Genius Mind Consultancy), ditujukan untuk memberi sinyal yang berbeda pada anak. Sinyal suara tersebut merangsang bagian otak yang mengatur keseimbangan hormon, dan kecenderungan perilaku.
Efek suara terhadap karakter / tingkah laku sudah banyak diketahui oleh masyarakat. Ada jenis musik / suara yang akan meningkatkan konsentrasi kita. Sementara ada juga musik / suara yang akan membuat kita relax dan tidur. Sementara ada jenis musik yang bisa membangkitkan semangat. Ada pula jenis musik yang akan menghasilkan orang-orang yang kalap dan merusak.
Jenis lagu dan suara yang dipergunakan dalam aktivasi GMC ditujukan untuk merangsang sisi baik dari otak. Tetapi jika musik / suara ini di reproduksi (direkam ulang), maka pasti ada beberapa frekuensi penting yang terpotong dan berubah. Kita tentu dapat membedakan mana musik asli dari suatu kaset, dan mana musik hasil rekaman generasi 1 atau 2. Setiap usaha reproduksi pasti akan mempengaruhi kualitas suara. Jika suara tersebut tidak ditujukan untuk merangsang otak, maka tidak menjadi masalah. Tatapi jika suara/ lagu tersebut ditujukan untuk mempengaruhi otak secara langsung, jangan coba-coba untuk melakukannya. Jika suara tersebut tidak merangsang otak secara seimbang, maka efeknya dapat menjadi buruk
Sekarang ini di pasaran beredar banyak lagu / suara untuk berbagai kebutuhan otak. Yakinkan anda mendapatkanya dari sumber yang asli. Jangan membeli rekaman / reproduksi dari lagu / suara tersebut. Apalagi jika anda memilih untuk mengaktifkan otak anak anda (atau anda sediri?, tunggu 2 tahun lagi!), yakinkan anda menghubungi penyelenggara aktivasi otak tengah yang memang mengkhususkan diri untuk hal tersebut.
Hartono
Sumber : www.otaktengah.com

Aktivasi Otak Tengah











Aktivasi otak tengah adalah suatu penemuan fenomenal dalam pendidikan anak. Teori penggunaan otak tengah sebenarnya telah banyak dilakukan pada banyak negara negara di Asia terutama Jepang. Jepang telah lama melakukan praktek aktivasi otak tengah pada anak-anak.Seorang anak yang telah diaktivasi otak tengah akan memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan anak yang otak tengahnya belum di aktivasi.
Kegiatan dengan mata tertutup adalah suatu kegiatan yang paling nyata dapat dilihat. Seorang anak yang telah diaktivasi otak tengahnya (Mid Brain Activated) dapat mempunyai kemampuan luar biasa. Kemampuan ini bahkan sering kali dipertontonkan secara menakjubkan dalam program hiburan sulap. Setelah melihat kemampuan anak yang telah diaktivasi, sebagian besar acara pertandingan sulap di The Master menjadi kurang menarik. Karena hal ini dapat dilakukan sendiri oleh anak-anak polos yang hanya mengikuti training aktivasi otak tengah selama 2 hari. Kemampuan dasar yang dapat dilakukan adalah ‘melihat’ kartu dengan mata ditutup (blind fold). Christofle (9 thn) misalnya, setelah mengikuti training aktivasi otak tengah, dapat mengurutkan seluruh kartu remi sesuai dengan angka, warna dan bentuk gambar kartu dengan mata tertutup. Ia dapat mempergunakan indra raba untuk melihat pola dan warna lengkap dengan angka hanya dengan penglihatan kulit (Skin Vision).
Kemampuan lain yang dapat dilakukan oleh anak-anak ini adalah berjalan dengan mata ditutup, tanpa menabrak. Dilakukan percobaan pada seorang anak yang berjalan dengan mata ditutup kain. Seseorang sengaja menghalangi jalan didepannya. Dia serta merta dapat menghindari rintangan tersebut tanpa menyentuhnya. Seorang anak bahkan dapat mengenali ayahnya diantara kerumunan orang-tua lainnya, tanpa menyentuh dan mendengar suaranya.
Pada tingkatan yang lebih lanjut seorang anak diharapkan dapat ‘melihat’ benda dibalik tembok atau didalam kotak. Ia bahkan dapat menghitung uang yang terdapat dalam dompet seeorang di hadapannya tanpa orang tersebut mengeluarkan dompetnya. Jika seorang anak rajin melatih fungsi otak tengahnya bahkan dia dapat mengharapkan membaca dokumen yang terletak dalam posisi tertutup.
Kemampuan prediksi (memperkirakan apa yang akan terjadi beberapa saat kemudian) adalah kemampuan yang lebih tinggi yang dapat di miliki oleh seorang anak. Seorang anak yang telah mendapat aktivasi otak tengah dapat ‘menduga’ kartu apa yang akan muncul pada saat orang tersebut masih mengocok kartunya. Begitu selesai mengocok, dan memilih sebuah kartu, orang tersebut mengambil sebuah kartu yang ternyata tepat seperti ‘dugaan’ sang anak tersebut.
Aktivasi otak tengah bukanlah suatu hal yang magis atau berbau supranatural. Aktivasi otak tengah dilakukan dengan secara ilmiah. Aktivasi otak tengah ini banyak mempergunakan gelombang otak Alpha. Gelombang otak Alpha di buktikan secara ilmiah adalah gelombang otak yang muncul dominan pada saat kita dalam keadaan relax dan paling kreatif. Gelombang otak ini biasanya dominan pada saat kita bangun tidur, atau dalam keadaan relax di toilet, atau bahkan sedang berendam air panas di bathtub. Tidak heran mengapa Archimedes menemukan hukum Achimedes pada saat dia mandi.
Otak tengah yang teraktivasi memancarkan gelombang otak yang mirip seperti radar. Hal ini membuat pemiliknya mampu melihat benda dalam keadaan mata tertutup. Pada dasarnya, gelombang tersebut terletak di bawah hidung. Hanya mampu mendeteksi benda yang terletak sedikit di bawah hidung.
Latihan yang teratur dapat membuat sang anak menjadi lebih kuat dan mampu melihat benda yang terletak lebih tinggi lagi. Bahkan ada beberapa anak yang dapat medeteksi sampai 360 derajat. Hal itu berarti mereka dapat mendeteksi benda yang terletak di belakang, atas dan semua arah.
Training aktivasi otak tengah telah mulai dilakukan di Indonesia. Saat ini belum banyak orang yang mengetahui keberadaan dari training ini. Training biasanya dilakukan selama 2 hari. Pada saat itu juga biasanya dilakukan training untuk para orang tua. Seperti juga bidang keahlian lainnya, orang tua berperan besar untuk dapat membantu anak mengembangkan potensi otak tengah mereka. Seorang anak dengan otak tengah yang kuat, diharapkan dapat mengembangkan otak kanan dan otak kiri secara lebih maksimal sehingga mereka dapat masuk kategori jenius. Bukan hanya dalam otak kiri (IQ, intelektual) , atau otak kanan (emosional, EQ) tetapi juga dalam ‘Loving Inteligence’. Mereka adalah individu yang seimbang dan mengasihi orang lain seperti sang pencipta mengasihi dia. Sayangnya training aktivasi otak tengah ini hanya dapat dilakukan untuk anak umur 5 – 15 tahun saja.
Sumber: www.otaktengah.com

17 November 2009

Bejo Wage Suu dan Seni Liping

Bejo Wage
Selasa, 17 November 2009 | 00:42 WIB
Oleh Sri Rejeki (Kompas)
Di tangan Bejo Wage Suu, limbah peti telur dapat menjadi kerajinan bernilai seni dan bernilai ekonomi yang relatif tinggi. Dari peti telur berbahan kayu pinus, dia membuat patung-patung mini setinggi 5 sentimeter. Dengan satu peti telur yang diperolehnya cuma-cuma dari para mbok bakul di pasar-pasar tradisional di Solo, Jawa Tengah, dapat dibuat 100 patung mini.
Namun, karena makin sedikit peti telur yang berbahan kayu pinus, Bejo kemudian beralih menggunakan lembar-lembar kayu pinus untuk bahan baku patung mininya. Dari satu lembar kayu pinus berukuran 100 x 10 x 1 sentimeter yang dibelinya seharga Rp 1.800 misalnya, dapat dibuat 200 patung mini. Harga patung itu sekitar Rp 50.000 per buah.
Jika Bejo membuatnya menjadi papan catur berukuran 60 x 60 sentimeter dengan bidak-bidak catur berupa prajurit kerajaan kuno, karyanya dihargai hingga Rp 10 juta per satu set papan catur. Seiring dengan berjalannya waktu, nilai itu bertambah tinggi.
Untuk membuat patung itu, Bejo hanya perlu gergaji tripleks dan pisau pemotong (cutter). Selain kayu pinus lembaran, bahan penunjang adalah bubuk kayu, kulit kayu, perca kain batik, dan sejenis tripleks.
Bejo menyebut karyanya sebagai ”patung”. Patungnya diukir menjadi sosok orang tengah mengerjakan berbagai aktivitas yang belakangan ini—terutama bagi mereka yang tinggal di kota besar—jarang ditemui, seperti menumbuk padi, kerokan, naik sepeda, membatik, menimba air, membajak sawah, atau main congklak. Sudah puluhan aktivitas ia rekam melalui patung-patung kecil yang dia ”dandani” dengan kain dan kemben atau belangkon.
”Sementara ini, yang saya buat baru mengabadikan figur dengan busana khas Jawa Tengah. Ke depan, saya ingin menggarap kegiatan tradisi lewat patung yang menggunakan busana khas setiap daerah di seluruh Nusantara,” kata Bejo yang bernama asli Maryono.
Melalui karyanya, Bejo juga ingin berkisah tentang kekayaan warisan budaya bangsa yang hampir tak lagi dikenal kaum muda. Ia mengambil babad kuno sebagai sumber inspirasi sehingga terciptalah papan catur dengan buah catur yang diberi karakter bersumber dari cerita kuno, seperti perang Mataram dan Baratayudha.
Tentang kehidupan
Dari rekaman kehidupan yang diabadikan lewat patung-patung mini, karya Bejo lantas disebut orang ”seni liping”. ”Awalnya, saat ditanya orang, opo iki, Mas, saya jawab living, maksudnya kehidupan. Lama-lama orang menyebutnya liping,” katanya terkekeh.
Ia lalu mengabadikan istilah ”liping” menjadi jargon usahanya, ”The Liping Art of Indonesia”. Karya Bejo terbaru bertajuk ”Catur Serumpun” menggambarkan kegundahannya terhadap pasang surut hubungan Indonesia dengan negara tetangga. Karya itu mengekspresikan sindirannya atas sejumlah klaim kepemilikan yang dilakukan oleh negara tetangga terhadap budaya Indonesia.
Sebelum ini, ia menciptakan ”Catur Ramayana”, ”Catur Baratayudha” yang berisi kisah perang Baratayudha, serta ”Catur Mataram” yang mengisahkan pecahnya Kerajaan Mataram. Bejo tengah merancang catur yang bercerita tentang proses pembuatan Candi Borobudur dengan papan berukuran 1 x 1 meter, serta ritual malam 1 Sura dengan papan berukuran 200 x 60 sentimeter.
Bejo masih bermimpi liping diakui sebagai fine art atau seni rupa murni, sejajar dengan lukisan. Dia tidak ingin menjadi tukang gergaji kayu pinus seumur hidup. Sejauh ini liping masih dinilai sebagai produk kerajinan atau kriya.
Dia butuh waktu bertahun-tahun bereksplorasi sebelum menemukan ide membuat patung-patung seni liping yang dimulai sejak tahun 1998. Lima tahun sebelumnya, selepas tamat SMA, Bejo bekerja sebagai buruh di sejumlah pabrik di Pulau Sumatera, Jakarta, Tangerang, dan Solo.
Karyanya, menurut Bejo, harus dapat dimanfaatkan untuk mengabadikan budaya yang terancam punah. Awalnya, karyanya berbentuk siluet orang yang tengah beraktivitas, misalnya bermain gitar. Karya yang dibuat dari bekas stik es krim ini lalu dijajakan di kampus-kampus di Solo, Salatiga, dan Yogyakarta.
Berbekal pengalaman itu, Bejo memutuskan menjadikan kayu pinus sebagai bahan baku utama kreativitasnya. Kelebihan lain kayu pinus, menurut dia, mudah diperoleh dan harganya murah.
”Detail bentuk dan aksesori akhirnya saya temukan pada tahun 2002,” kata Bejo yang lahir di Dusun Tambangserut, Desa Alas Ombo, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo.
Tak suka diatur
Pengalaman hidup di desa ditambah pergulatan hidup yang tidak mudah memberikan ide di benak Bejo yang selalu termotivasi bekerja keras. Karyanya yang unik mengundang ketertarikan orang. Tidak kurang, seorang kepala daerah ingin menjadikan karya Bejo sebagai ikon kota yang dipimpinnya.
Bejo ditawari gaji tinggi, bengkel kerja, dan ruang pamer asal ia mau menggarap karakter-karakter sesuai pesanan sang kepala daerah yang sedang menggenjot pariwisata kotanya.
”Saya tidak menerima tawaran itu karena tidak suka diatur-atur,” ujar Bejo yang juga menolak tawaran serupa dari seorang pengusaha.
Dia memilih berkarya secara mandiri di sebuah rumah sederhana milik kerabatnya di Jalan Kencur, Tunggul Sari, Laweyan, Solo. Kemerdekaan berkreasi menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar bagi Bejo.
Tidak sia-sia kerja keras dan keteguhan sikap dia. Karyanya mulai dihargai orang. Hal ini dibuktikan dari penghargaan Merit Prize untuk kategori kayu dalam Inacraft Award 2009, atas karya dia bertajuk ”Catur Baratayudha”. Karyanya, miniatur pertunjukan wayang kulit, juga memenangi Sayembara Suvenir Nasional tahun 2006.
Bercerita tentang karya caturnya yang berharga Rp 10 juta per set, kata Bejo, dulu hanya bernilai ratusan ribu rupiah. ”Awalnya, catur itu dijual Rp 200.000 saja tidak laku,” kata anak dari pasangan almarhum Dadi Widodo dan Sudarti ini mengenang.
Karya Bejo mulai dikenal masyarakat seiring dengan keaktifannya mengikuti pameran. Apresiasi pengunjung pameran membuat karyanya dihargai dengan nilai ekonomi yang relatif baik. Ini jauh berbeda dengan awal usaha pemasaran yang hanya menjamah pasar kaki lima.
”Dulu, boro-boro dihargai mahal, (karya saya) laku saja tidak. Ternyata saya salah pasar,” kata pria yang memilih memakai Bejo sebagai simbol pengharapannya agar selalu beroleh keberuntungan hidup. (Sumber: Kompas, 17/11/2009)